-->

Kado Terindah Untuk AYAH Dan IBU

Hingga pada saat ujian SNMPTN juga merupakan usaha terbesar saya yang saya lakukan untuk membuat papa saya senang. Akhirnya dengan perjuangan dan kerja keras saya lulus dengan SNMPTN sesuai dengan pilihan yang saya inginkan tetapi hal itu pun selalu menjadi komentar dari orang tua saya yang membuat saya belum merasa puas.  Suatu ketika papa saya sakit sehingga saya merasa histeris melihat keadaan papa saya waktu itu, Rokok menyebabkan papa saya menderita penyakit jantung. Sehingga kami sekeluarga harus berusaha keras menjaga agar papa saya sehat kembali dan sedikit demi sedikit dapat menghilangkan kebiasaan merokoknya.  Bukan apa yang kita capai, tetapi apa yang kita usahakan untuk pencapaian tersebut. Yang terpenting    Tampak jelas raut tua di wajah Ayah, sangat beda jika dibandingkan dengan 5 tahun yang lalu saat saya baru masuk kuliah, karena Ayah menderita penyakit sistemik kronis. Ibu tetap dengan senyuman dan ketegaran menjalani hidup serta menjadi pendamping setia buat Ayah. Saya cium tangan Ayah dan Ibu, lalu membimbing mereka ke penginapan. Tampak guratan-guratan bahagia diwajah Ayah dan Ibu menunggu hari wisuda dokterku. Miftahfaridsa.Site - Hingga pada saat ujian SNMPTN juga merupakan usaha terbesar saya yang saya lakukan untuk membuat papa saya senang. Akhirnya dengan perjuangan dan kerja keras saya lulus dengan SNMPTN sesuai dengan pilihan yang saya inginkan tetapi hal itu pun selalu menjadi komentar dari orang tua saya yang membuat saya belum merasa puas.
Suatu ketika papa saya sakit sehingga saya merasa histeris melihat keadaan papa saya waktu itu, Rokok menyebabkan papa saya menderita penyakit jantung. Sehingga kami sekeluarga harus berusaha keras menjaga agar papa saya sehat kembali dan sedikit demi sedikit dapat menghilangkan kebiasaan merokoknya.
Bukan apa yang kita capai, tetapi apa yang kita usahakan untuk pencapaian tersebut. Yang terpenting

Tampak jelas raut tua di wajah Ayah, sangat beda jika dibandingkan dengan 5 tahun yang lalu saat saya baru masuk kuliah, karena Ayah menderita penyakit sistemik kronis. Ibu tetap dengan senyuman dan ketegaran menjalani hidup serta menjadi pendamping setia buat Ayah. Saya cium tangan Ayah dan Ibu, lalu membimbing mereka ke penginapan. Tampak guratan-guratan bahagia diwajah Ayah dan Ibu menunggu hari wisuda dokterku.
     Keesokkan harinya adalah hari pelantikan dokter gigi. Salah seorang dosen mengucapkan selamat kepada Ayah dan Ibu “ Selamat bapak, selamat ibu, Anak Bapak dan Ibuk merupakan salah satu wisudawan tercepat menyelesaikan pendidikan di angkatannya dan di fakultas”.  Ayah dan Ibu membalas “Terima kasih dok atas didikan dan bimbingan yang Dokter berikan kepada anak saya”. Tampak jelas senyum Ayah dan Ibu  merekah bahagia, karena sebelumnya saya tidak pernah menceritakan kepada Ayah dan Ibu, saya adalah salah satu top 5% di acara pelantikan dokter ini. Biarlah ini menjadi kejutan sebagai kado untuk ayah dan ibu yang telah gigih mencari rezeki membiayai pendidikan anak-anaknya. Tidak ada kata-kata pujian dari Ayah dan Ibu. Hanya tatapan bangga dan tepukan dipundakku, sebagai pertanda “good job dear”. Karena sedari kecil ayah dan ibu bukanlah tipe orang tua yang suka memuji anak-anaknya, jadi saya paham akan ekpresi wajah dan gerakan tubuh ayah dan Ibu ketika sedang senang, sedih, suka dan tidak suka.
     Bukan barang  mewah yang saya persembahkan sebagai kado untuk Ayah dan Ibu, tapi sebuah kelulusan sebagai salah satu wisudawan top 5%. Kristalisasi hasil kerja keras Ayah dan Ibu yang telah susah payah membanting tulang untuk membiayai kuliahku di fakultas kedokteran gigi. Pertanggung jawaban saya sebagai anak adalah belajar dengan serius. Tidak sampai hati melihat ayah dan ibu terus membanting tulang sampai tua, membuatku terpacu untuk belajar. Alhamdulillah membuahkan hasil, Ayah dan Ibu tersenyum lepas dan bangga. Tak pernah kulihat senyum Ayah dan Ibu sebahagia itu. Terima kasih Ayah, terima kasih ibu. Ayah telah menjaga kami, memberikan rasa aman yang tak ternilai. Ibu mendidik dan mengajarkan kami hingga saat ini. Walaupun Ayah tidak memiliki pangkat yang tinggi, bagiku Ayah adalah seorang jenderal terhebat dalam hidupku. Begitupun ibu, walaupun tidak mencicipi bangku kuliah. Ibu adalah seorang profesor yang terhebat dalam hidupku.
     Selama kuliah saya juga terlibat aktif dalam berbagai organisasi. Salah satunya adalah adalah BSMI (Bulan Sabit Merah Indonesia). BSMI merupakan Lembaga Kemanusiaan Nasional yang berkhidmat dalam bidang kesehatan dan sosial di Indonesia dan bekerja sama dengan lembaga kemanusiaan di tingkat nasional, regional, dan internasional. Dilembaga ini banyak hal yang dapat saya pelajari. Belajar untuk kerjasama, belajar berbagi dan belajar untuk bertahan hidup. selain itu kita juga dapat mengembangkan rasa solidaritas antar sesama teman, dan korban-korban bencana alam yang kita bantu serta mengembangkan potensial kepemimpinan kita untuk mengambil keputusan secara mantap dalam kondisi darurat.
     Menurut saya sukses adalah kesenangan dan kebahagian yang tidak hanya dirasakan sendiri tapi juga dapat dirasakan oleh orang-orang disekitar kita. Sukses itu sifatnya berbagi. Karena kesuksesan yang kita miliki tidak kita peroleh sendiri tapi karena adanya dukungan dari  orang-orang yang peduli terhadap kita. Setiap kesuksesan merupakan rahmat Allah SWT yang harus selalu disyukuri setiap saat.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel