-->

PERCAKAPAN ANTARA "SI BODOH" DAN "SI DUNGU" JUGA "SI SOK BIJAK"

Karya:
NOORHILMI

 
Alkisah di Sebuah kampug hiduplah tiga orang pemuda yang bersahabat, pemuda yang pertama bernama Badhrudin Sutisna, ia adalah seorang sarjana jurusan Ilmu Ushuluddin dari sebuah pergurian tinggi islam yang tidak begitu terkenal. Ia adalah seorang sarjana yang berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana dengan hasil mencontek, mengkopi hasil karya skripsi mahasiswa lain. Pemuda yang kedua bernama Dung-dung Ulluluddin, ia juga adalah seorang sarjana jurusan ilmu pendidikan islam dari sebuah perguruan tinggi yang sama dengan perguruan tingginya Badhrudin Sutisna. Dung-dung berhasil menyelesaikan pendidikan sarjananya dengan cara membeli skripsi hasil karya mahasiswa lain dengan menjual sawah dan kebun warisan. Dan pemuda yang terakhir bernama Ucok Bijak, ia adalah seorang pemuda berdarah Batak yang suka mengembara. Ia selalu berpindah-pindah tempat begitupun dengan pendidikannya.
Alkisah di Sebuah kampug hiduplah tiga orang pemuda yang bersahabat, pemuda yang pertama bernama Badhrudin Sutisna, ia adalah seorang sarjana jurusan Ilmu Ushuluddin dari sebuah pergurian tinggi islam yang tidak begitu terkenal. Ia adalah seorang sarjana yang berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana dengan hasil mencontek, mengkopi hasil karya skripsi mahasiswa lain. Pemuda yang kedua bernama Dung-dung Ulluluddin, ia juga adalah seorang sarjana jurusan ilmu pendidikan islam dari sebuah perguruan tinggi yang sama dengan perguruan tingginya Badhrudin Sutisna. Dung-dung berhasil menyelesaikan pendidikan sarjananya dengan cara membeli skripsi hasil karya mahasiswa lain dengan menjual sawah dan kebun warisan. Dan pemuda yang terakhir bernama Ucok Bijak, ia adalah seorang pemuda berdarah Batak yang suka mengembara. Ia selalu berpindah-pindah tempat begitupun dengan pendidikannya.

    Setelah selesai SMA dia sempat bekerja pada sebuah perusahaan tekstil sebagai tukang lipat. Disela pekerjaannya ia juga nyampi jadi mahasiswa disebuah perguruan tinggi jurusan bisnis, tapi karena prinsipnya yang aneh, dia tidak menyelesaikan pendidikannya. Setelah tidak bekerja dan berhenti kuliah dia pun nganggur dan luntang-lantung gak jelas boleh dikata ia seperti seniman galau atau budayawan gagal. Baru suatu ketika dia bertemu dengan Badhrudin dan Dung-dung, sejak saat itulah ketiganya bersahabat. Sampai-sampai si Ucok pun ikut-ikutan masuk kuliah di perguruan tinggi tempat kedua sahabatnya belajar. Tapi lagi-lagi disaat kedua temannya berhasil menyelesaikan pendidikannya, ia memutuskan untuk keluar padahal setatusnya saat itu mahasiswa S1 tingkat akhir.

    Lagi-lagi dia terjebak dengan kebijakannya sendiri yang menurut sebagian besar orang tidaklah bijak. Terkadang ia pun merenung sendiri apakah ini kutukan dari namaku sendiri pikir Ucok. Karena menurut pemikirannya, nama Ucok Bijak apabila dibaca dalam bahasa inggris menurut persinya. (Yang sebenarnya dia pun tidak begitu paham ilmu bahasa inggris) Ucok Bijak dia eja Usok bijak. Maka dengan seenaknya sendiri dia pun memproklamirkan dirinya. Dia merasa nyaman dengan sebutan itu, bahkan lebih gila lagi dia pun meminta kedua sahabatnya untuk menyebutnya dengan nama tersebut. Kedua sahabatnya pun berpikir begini gak apalah yang penting dia senang, meski dalam benang kedua sahabatnyapun berpikir dia stres, putus asa atau entah apalah yang terjadi pada sahabatnya itu, yang jelas lagi Badhrun dan Dung-dung, Ucok adalah seorang sahabat yang sangat disayanginya.
    Persahabatan mereka terjadi begitu erat bahkan menembus eratnya batas dan ruang. Diantara mereka seolah-olah tak ada lagi sekat, tak ada lagi rasa hina walaupun saling menghina, tak ada lagi rasa kecewa. Walaupun satu sama lain terkadang saling mengecewakan. Tak ada lagi rasa malu walau sering saling mempermalukan. Bagi mereka itu adalah bumbu-bumbu untuk menikmati indahnya kehidupan.

Disuatu pagi yang cerah saat itu seasana hati Dung-dung sedang senang gembira dia pun berdendang menyanyikan lagu sheila on 7 kegemarangnya. Bersenang-senanglah karena hari ini kitakan rindukan di hari tua. Tiba-tiba dia pun berhenti menyanyi karena memang hanya itu lirik lagunya yang dia ketahui.
Akhirnya dia pun bergumam sendiri, ah sayang cuma segitu lirik lagu yang aku bisa tapi gak apa-apalah makin banyak aku tahu liriknya pasti makin pusing aku menghapalnya, aku pan bukan orang yang punya otak encer yang bisa dengan mudah menghapal. Lagian buat apa pula aku menghapalnya tidak penting, ini pikirannya. Seolah-olahmenasehati olah memberikan penjelasan untuk dirinya sendiri.
Lebih baik aku mengajak si Badhrun untuk pergi mancing di lewi pariukan, kata orang banyak ikannya. Pasti dia mau, soalnya diakan tidak suka bekerja paling juga dia lagi membaca, diakan suka memusingkan kepala. Kalau si sok bijak itu rasa-rasanya tidak mungkin dia mau, aku ajak dia kan terlalu berpikiran sok mementingkan masa depan. Ya walaupun menurutku gak jelas prinsip dan metode yang dia pakai.
Setelah asik sendiri dengan pikirannya diapun mulai melangkahkan kakinya untuk menemui Badhrun di rumahnya. Sesampainya di rumah Badhrun tak disangka ternyata si sok bijak telah ada di rumah Badhrun. Mereka tengah asik bercakap-cakap sambil menikmati kopi dan sepiring pisang goreng, tanpa Dung-dung sadari akhirnya dia lupa akan maksud utama kedatangannya maka akhirnya mulailah mereka saling bercakap-cakap.

Dung-dung    : Wih lagi ngomongin apa nih kayaknya seru nih, apa lagi ada kopi dan psang goreng, mantap !!!!
Badhrudin    : Ini Dung aku hais baca buku mengenai alam semesta dan teknologi, baru tahu aku ternyata masih banyak banget hal yang aku tidak ketahui...
Dung-dung    : Makannya jangan sok rajin membaca kamu akhirnya kamu bingung sendiri kan, begitu banyak hal yang kamu tidak tahu dan kamu ingin tahu segalanya. Pusing sendiri kan kamu?
Badhrudin    : Iya nih aku jadi merasa pusing, aku baru merasa sadar betapa bodohnya aku. Sumpah aku bingung bukankah ada pepatah bijak yang mengatakan bahwa dingan membaca kita dapat membuka jendela dunia.
Dung-dung    : Memangnya kamu pernah melihat jendelanya dunia itu Badhrudin?
Tiba-tiba si sok bijak nyeletuk
Si sok bijak    : Cocok !!!
Badhrudin    : Cocok apa maksudmu jak?
Si sok bijak    : Gak adil kan aku udah punya nama panggilan masa kanu engga, bagaimana kalau kamu saya panggil si bodoh saja tadi  kamu sendiri kan yang sudah ngaku.
Dung-dung    : Setujuuuu....!!!
Sambil tersenyum getir ia memandang si sok bijak kemudian berkata
Badhrudin    : Oke aku terima nama panggilan itu, asal kamu bisa menjelaskan nomena ini.
Si sok bijak    : Oke... dengarkan aku ya !!!

    Moralitas dan prilaku kehidupan masyarakat akhir-akhir sudah banyak sekali mengalami perubahan mulai dari tingkat sosial, masyarakat kelas bawah sampai masyarakaat kelas atas. Kalau kita telaah pola kehidupan masyarakat sekarang ini adalah degradasi perubahan baik dari sisi sifat maupun bentuknya bukan hanya perubahan tapi bisa juga disebut suatu pergantian baik dari sesi positif menjadi negatif maupun sebaliknya.
    Pola kehidupan masyarakat saat ini telah mengalami perubahan yang luar biasa sekali terutama yang paling mencolok adalah bidang teknologi yang mana akibat dari kemajuan teknologi ini, telah banyak sekali menimbulkan perubahan di berbagai bidang seperti bidang politik, sosial, sosial ekonomi, moralitas maupun perilaku kehidupan masyarakat.
    Dahulu tentu kita tidak pernah membayangkan bahwa saat ini segala hal yang ada di dunia ini bisa kita ketahui dan kita dapatkan digenggaman kita, kita ingin tahu apapun kita bisa menemukannya di gadget, kita ingin belajar apapun kita bisa belajar melalui gadget bahkan kita ingin membunuh orang pun sekarang sudah bisa kita lakukan melalui gadget.
    Intinya pola kehidupan masyarakat saat ini sudah berganti dan berpindah dari hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Pertanyaannya adalah apakah kita benar-benar telah mencapai suatu peradaban yang maju atau sebaliknya
 Menurut pemikiran Paul Tillich seorang pemikir di bidang teologi pada abad ke 20 bahwa yang dinamakan esensi adalah merupakan alam potensial sedangkan eksistensi adalah merupakan alam aktualisasi dan potensi. Jadi secara garis besarnya kita dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa eksistansi adalah repleksi atau perwujudan dari adanya suatu esensi.
    Mengenai pendidikan tidak perlu kita ragukan lagi bahwa kita mungkin sudah tidak asing lagi mendengar kata pendidikan, bahkan anak yang belum masuk SD pun pasti sudah mengetahuinya, kan sekarang sudah ada PAUD, KOBER, TK atau apalah yang lainnya.
    Mengenai pengertian pendidikan saya mempunyai persepsi pribadi mengenai pengertiannya, entah ada atau pun tidak adanya kesamaan dengan kalian, saya tidak dapat mengemukakannya karena memang saya pribadi jujur belum mendalami kajian ini secara mendalam, menurut pemahaman dan pandangan saya pribadi bahwa yang dinamakan pendidikan adalah suatu proses pembelajaran dari setiap makhluk hidup dimuka bumi ini dan sifatnya universal baik pembelajaran hal positif menurut pemikiran manusia ataupun sebaliknya.
    Secara lebih spesifik dan dapat diterima oleh norma bahwa tujuan utama dari proses pendidikan adalah menjadikan makhluk tuhan untuk mencapai suatu keteraturan dan kesempurnaan atau bahasa populernya ialah untuk menegakan kebenaran. Inti dan maksud sebenarnya dari pernyataan saya adalah apakah dengan terus membaca atau belajar manusia menjadi lebih baik, karena bagi penglihatan saya semua itu bagai panggang jauh dari api. Karena pendidikan kita saat ini hanyalah untuk kebutuhan otak dan daging saja. Ilmu yang diperoleh semata dicari  untuk memperoleh kepintaran saja, untuk saling menjatuhkan, saling beradu argumen, siapa yang paling pintar dan siapa yang paling hebat dalam menjatuhkan argumen orang lain, buktinya bisa kita lihat contohnya beberapa dewan yang terhormat, mereka saling mencela untuk mencari pembenaran dari yang mereka anggap benar menurut persinya sendiri. saya sebagai masyarakat awam, seolah-olah sedang melihat sekumpulan anak-anak TK yang sedang berebut mainan, padahal semua yang ada disana hampir semuanya bergelar dan gelarnya sampai sampai tidak bisa dimuat satu garis dikertas fortopolio. Sekian cukup penjelasan dari saya apakah kalian setuju?
    Badhrudin dan si Dung-dung hanya menggelengkan kepala dan diantara mereka ada yang nyeletuk terserah kamu lah, apapun yang kamu katakan hanyalah omong kosong belaka, karena yang kamu bicarakan hanya didengar oleh seorang Dung-dung saja dan seorang Badhrudin yang telah diganti dengan nama Si Bodoh. Sejak saat itu melekatlah nama Si Bodoh untuk seorang pemuda yang bernama Badhrudin Sutisna.




Bersambung.................

Note: Mohon  Maaf Bila Ada Kesamaan Nama, Bukan Unsur yang disengaja.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel